“Dan apa saja nikmat
 yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu 
ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta 
pertolongan”.  
(Q.S An-Nahl Ayat: 53)
Gerak laju sempoyongan tak habis-habisnya seorang hamba itu 
mempertontonkan kepada Malaikat Roqib dan Atid, meski terus ia 
memerintah kedua kaki untuk berjalan namun kedua tangannya  terlihat 
malas
 kalau dilihat dari caranya melambai.  Hingga ia merasa beribu lembaran 
buku dari jutaan huruf dan harokat juga teori yang dulu pernah ia tekuni
 terasa semua tidak begitu berarti lagi.
 
“aku sedang frustasiii…!!!” begitu teriaknya.
Nampaknya urusan duniawi sudah mulai menenggelamkannya. Hingga ia lupa dengan apa yang pernah dulu ia pelajari.
“Jagalah Allah, niscaya engkau akan senantiasa mendapati-Nya di 
hadapanmu. Kenalilah Allah di waktu lapang niscaya Dia akan mengenalimu 
saat kesulitan, ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidak 
akan pernah menimpamu dan apa yang telah ditetapkan menimpamu tidak akan
 pernah luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu selalu mengiringi 
kesabaran, jalan keluar selalu mengiringi cobaan dan kemudahan itu 
selalu mengiringi kesusahan.”
Sejatinya kabanyakan dari kita tidak sadar kalau sebenarnya kita 
sendirilah yang suka mendramatisir  tiap kali Allah memberi cobaan, 
sehingga muaranya lupa untuk meminta pertolongan Allah dan berserah 
diri.
Hal itu bisa kita gambarkan dari contoh berikut.
Sebut saja namanya Zaid,dia merasa frustasi dengan permasalahan yang 
sedang ia hadapi. Kalau dilihat dari segi fisik sebenarnya dia tidak 
terlalu mengecewakan dan juga sebenarnya dia sudah bisa dikatakan 
sebagai seorang pemuda yang mapan. Namun sayang di umurnya yang sudah 
hampir kepala tiga belum juga dia menemukan jodohnya, hingga dia pun 
berpikir,
“duuhhh… gimana nih Allah kok masih belum juga ngasih jodoh
 buat aku? Bagaimana dengan masa tua ku nanti kalau aku sampai tidak 
mempunyai istri? Bagaimana aku bisa  mendapatkan keturunan? Terus iapa 
nanti yang akan mendo’akanku ketika aku mati nanti???”. 
Beribu-ribu pertanyaan seperti  itulah yang membuatnya frustasi 
menjalani hidup, aneh memang Zaid harus merasakan kesengsaraan dengan 
sesuatu yang belum tentu terjadi.
Coba kalau dia menanggapi masalah seperti itu dengan cara berpikir begini,
“ku serahkan semua urusan duniawi ku kepada-Mu Ya Robb, 
karena sebelum aku lahir aku sudah membuat perjanjian dengan-Mu bahwa 
aku telah Ridlo dengan bagian rizki ku nanti, bahwa aku telah Ridlo 
siapakah  jodoh ku atau bahkan aku hidup tanpa didampingi isteri dan aku
 juga Ridlo dengan ketetapan-Mu di umur berapa aku mati nanti…”
Ada  juga cerita yang dituturkan dari salah seorang Kyai, kepadanya datang seorang ibu setengah baya mencurahkan kegelisahannya,
“Pak Kyai, aku sangat gelisah dengan masalah yang aku hadapi..”,
“emang kenapa ibu’..” Tanya Kyai tadi,
“barusan saya habis dari dokter, katanya penyakit yang saya alami ini ada kemungkinan ginjal saya yang bermasalah…” Sang Kyai manganggukkan kepala,
“terus yang membuat ibu gelisah apa..?”,
“ya itu Pak Kyai, kalau umpama betul ginjal saya yang bermasalah bagaimana dengan hidup saya nanti? Pasti hancur Pak Kyai…”
“berarti kan, ada kemungkinan suatu saat nanti bisa kena 
penyakit gagal ginja, terus dengan apa saya harus mengobati? Kalau harus
 cuci darah itu kan membutuhkan biaya yang sangat mahal? Padahal saya 
ini hanya ibu rumah tangga biasa Pak Kyai, dan pendapatan suami saya 
juga pas-pasan….” Ibu itu tampak gusar sekali.
Dengan tersenyum “Ibu….”,
“iya Pak Kyai…”
“masalah ibu itu sudah terjadi belum?”,
“ya belum Pak Kyai, itu kan seandainya…”
Sambil tersenyum Kyai tadi melanjutkan,
“itu kan hanya kemungkinan dan belum tentu terjadi kenapa deritanya sudah ibu rasain sekarang?”.
“mmm.. begitu ya Pak Kyai…” imbuh Ibu tadi dengan agak sedikit lega.
Sahabat dari contoh diatas kita bisa melihat tentang betapa ruginya 
bagi orang yang alpha dengan pertolongan dan ketentuan Allah, karena 
dari kacamata umum kita bisa melihat “mereka resah dan gelisah bahkan menderita oleh ketakutan yang dibuat-buat sendiri,”  Na’udzubillahi Min Dzalika.
Baginda Rasul pernah menyinggung tentang hal ini,
Jika ditimpa suatu musibah janganlah berkata, “Oh andai 
kata aku tadinya melakukan itu tentu berakibat begini dan begitu”, 
tetapi katakanlah, “Ini takdir Allah dan apa yang dikehendaki Allah 
 pasti dikerjakan-Nya.” Ketahuilah, sesungguhnya ucapan: “andai kata” 
dan “jikalau” membuka peluang bagi (masuknya) karya (kerjaan) setan.” 
(HR. Muslim)